Masjidil Aqsha, Masjid Suci Kaum Muslimin

Masjidil Aqsha, Masjid Suci Kaum Muslimin
Part 6
Perjalanan panjang akhirnya sampai di Tujuan utama, setelah menempuh perjalanan dari Pasuruan – Jakarta – Oman – Yordania hingga Palestina.
[dropcap]B[/dropcap]erawal dari obrolan ringan dengan Pak Gumi, owner travel Safar Mulia. Awalnya beliau menawarkan untuk bimbing umroh, karena terbentur dengan jadwal belajar di Universitas Islam Madinah maka belum bisa, kecuali waktu-waktu libur, semisal Akhir Ramadhan, liburan semester dan lainnya.
Penawaran untuk bimbing umroh dari beberapa travel lainnya sangat banyak sekali, namun kita berusaha komitmen untuk fokus belajar karena amanah visa kami adalah visa belajar, kecuali hari-hari libur sebagaimana yang kami tuturkan.
Hingga akhirnya beliau menawarkan untuk berangkat ke Masjidil Aqsha pada saat kami sedang liburan semester di Indonesia, tanpa paket umroh. Tanpa pikir panjang untuk bilang iya, karena itulah impian seorang yang beriman, yaitu bisa mengunjungi masjid-masjid yang memiliki keutamaan di dalamnya. Dua masjid di Saudi Arabia (Makkah dan Madinah) sudah sering kami kunjungi dengan izin Allah. Adapun Masjidil Aqsha belum pernah.
Poster sudah dibuat oleh team Safar Mulia plus harga paketnya, rute perjalanan juga sudah dibuat, dan sudah kami share di media sosial yang kami punya, tinggal bertawakkal kepada Allah.
Waktu sangat mepet sekali untuk promosi, hanya satu bulan setelah hari raya Idhul Fitri. Karena visa Isra** harus dibuat 45 hari sebelum keberangkatan.
Satu persatu ada yang daftar, itulah yang namanya rezeki. Asalkan mau berbuat pasti ada jalannya. Hingga terkumpul 9 orang yang fix untuk berangkat. Sebenarnya masih ada lagi yang ingin daftar, namun batas waktu sudah habis, pihak travel tidak mau ambil resiko.
Rencana berangkat adalah awal Agustus, namun setelah mempertimbangkan banyak hal, termasuk harga tiket dan maskapai. Maka dimajukan menjadi akhir Juli.
Beberapa hari sebelum keberangkatan, visa Isra** sudah keluar, itu tandanya kami jadi berangkat di waktu yang sudah ditentukan sesuai tanggal tiket yang dibeli.
Setelah melewati perbatasan, maka kota yang pertama kali kami lewati adalah Jericho/Arihah, sebuah kota yang subur sekali, di antaranya menghasilkan kurma yang sangat terkenal, salah satunya yaitu Kurma Majol. Ukuran kurmanya besar dan teksturnya empuk.
[tp_widget][/tp_widget]
Tour guide kami yaitu Mr. Walid salah seorang Muslim yang berkewarganegaraan Isr**l berdarah Arab ini langsung mengucapkan salam dan selamat datang.
Kemudian beliau berkata: marhaban bikum biardhi filastin maafih Israel.. La’natullah alal yahud (selamat datang di negeri Palestina bukan Isr**l, Semoga Allah melaknat yahudi).
Dalam perjalanan Mr. Walid bercerita dan menjelaskan ke kami beberapa hal tentang Palestina, dan berulang kali kami mendengar doa laknat terhadap yahudi dari lisan beliau.
Sebelum masuk Yarussalem, Mr. Walid menawarkan untuk melihat makam Nabi Musa, yang akan kami lewati. Maka kami pun turun sejenak untuk memberi edukasi kepada rombongan.
Disebutkan dalam Shahih Muslim, bahwa Nabi Muhammad salallahu alaihissalam pernah melewati makam Nabi Musa dan beliau melihat Nabi Musa sedang sholat di dalam kuburnya (ini salah satu adalah Mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad).
Namun, Nabi Muhammad tidak memberi tahu kuburan Nabi Musa secara detail, apa hikmahnya?
Para ulama mengatakan, di antaranya Imam Qurtuby dalam Kitab beliau Al-Mufhim :
ولعل ذلك لئلا يعبد ، والله أعلم ”
” Agar tidak dijadikan tempat ibadah (untuk disembah) wallahu a’lam”
Di antara hal yang sangat miris yang kita lihat di beberapa negeri Timur Tengah, banyak sekali kuburan-kuburan ditinggikan dan dijadikan sebagai masjid. Hal ini juga terjadi di negeri kita tercinta. Allahul Mustaan
Padahal Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
أَلاَ وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيهِمْ مَسَاجِدَ أَلاَ فَلاَ تَتَّخِذُوا الْقُبُورَ مَسَاجِدَ إِنِّى أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ
“Ingatlah bahwa orang sebelum kalian, mereka telah menjadikan kubur nabi dan orang sholeh mereka sebagai masjid. Ingatlah, janganlah jadikan kubur menjadi masjid. Sungguh aku benar-benar melarang dari yang demikian” (HR. Muslim ).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
لَعَنَ اللَّهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى ، اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسْجِدًا
“Allah melaknat orang Yahudi dan Nashrani di mana mereka menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Jabir, ia berkata,
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari memberi semen pada kubur, duduk di atas kubur dan memberi bangunan di atas kubur.” (HR. Muslim)
Matan yang cukup terkenal di kalangan Syafi’iyah yaitu matan Abi Syuja’ (matan Taqrib) disebutkan di dalamnya,
ويسطح القبر ولا يبني عليه ولا يجصص
“Kubur itu mesti diratakan, kubur tidak boleh dibangun bangunan di atasnya dan tidak boleh kubur tersebut diberi kapur (semen).”
Mirisnya lagi kuburan dijadikan tempat cari uang, dengan dalih wisata religi. Padahal banyak sekali menjadi sarana-sarana kesyirikan. Naudzubillah min dzalik
Kisah wafatnya Nabi Musa itu unik sekali,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang wafatnya Nabi Musa ‘alaihis salam sebagai berikut:
جَاءَ مَلَكُ الْمَوْتِ إِلَى مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ. فَقَالَ لَهُ: أَجِبْ رَبَّكَ قَالَ فَلَطَمَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ عَيْنَ مَلَكِ الْمَوْتِ فَفَقَأَهَا، قَالَ فَرَجَعَ الْمَلَكُ إِلَى اللهِ تَعَالَى فَقَالَ: إِنَّكَ أَرْسَلْتَنِي إِلَى عَبْدٍ لَكَ لَا يُرِيدُ الْمَوْتَ، وَقَدْ فَقَأَ عَيْنِي، قَالَ فَرَدَّ اللهُ إِلَيْهِ عَيْنَهُ وَقَالَ: ارْجِعْ إِلَى عَبْدِي فَقُلْ: الْحَيَاةَ تُرِيدُ؟ فَإِنْ كُنْتَ تُرِيدُ الْحَيَاةَ فَضَعْ يَدَكَ عَلَى مَتْنِ ثَوْرٍ، فَمَا تَوَارَتْ يَدُكَ مِنْ شَعْرَةٍ، فَإِنَّكَ تَعِيشُ بِهَا سَنَةً، قَالَ: ثُمَّ مَهْ؟ قَالَ: ثُمَّ تَمُوتُ، قَالَ: فَالْآنَ مِنْ قَرِيبٍ، رَبِّ أَمِتْنِي مِنَ الْأَرْضِ الْمُقَدَّسَةِ، رَمْيَةً بِحَجَرٍ، قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَاللهِ لَوْ أَنِّي عِنْدَهُ لَأَرَيْتُكُمْ قَبْرَهُ إِلَى جَانِبِ الطَّرِيقِ، عِنْدَ الْكَثِيبِ الْأَحْمَرِ»
“Malaikat maut datang kepada Nabi Musa ‘alaihis salam, lalu malaikat itu berkata kepadanya, “Penuhilah (panggilan) Tuhanmu.” Maka Nabi Musa segera memukul mata malaikat maut dan mencoloknya, kemudian malaikat itu kembali kepada Allah Ta’ala dan berkata, “Engkau mengirimku kepada seorang hamba yang tidak mau mati.” Dan ia telah mencolok mataku, lalu Allah mengembalikan matanya dan berfirman, “Kembalilah kepada hamba-Ku dan katakan, “Apakah engkau ingin hidup?” Jika engkau ingin hidup, maka letakkanlah tanganmu di atas punggung sapi, maka hidupmu sampai waktu sebanyak bulu yang tertutup tanganmu. Engkau masih dapat hidup setahun.” Kemudian Musa berkata, “Selanjutnya apa?” Allah berfirman, “Selanjutnya engkau mati.” Musa berkata, “Kalau begitu sekaranglah segera.” Wahai Tuhanku, matikanlah aku di dekat negeri yang suci yang jaraknya sejauh lemparan batu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, kalau sekiranya aku berada dekat sana, tentu aku akan memberitahukan kalian kuburnya di pinggir jalan, di dekat bukit pasir merah.” (HR. Muslim)
Kami melanjutkan perjalanan menuju penginapan di sekitaran Masjidil Aqsha. Check in dan sekaligus makan malam. Ketika itu waktu magrib sudah masuk.
Kami sepakat dengan rombongan untuk melepas lelah sejenak di hotel setelah melakukan perjalanan cukup jauh, sehingga kita berangkat ke Masjidil Aqsha sesaat sebelum adzan Isya’ saja, niat jama’ ta’khir (ada beberapa opsi, yaitu kita sholat magrib dahulu setelah adzan isya, lalu ikut jamaah isya bersama imam di Masjidil Aqsha, atau kita ikut jamaah isya bersama imam dengan niat magrib lalu sholat isya di qosor dua rokaat atau sholat isya’ ikut imam setelah itu sholat magrib, tentu pilihan ketiga ini tidak disarankan, hanya dalam kondisi tertentu saja).
Berjalan kaki ke Masjid butuh waktu sekitar 10 menit. Melewati benteng dan rumah-rumah penduduk, cukup gelap. Di beberapa titik dijaga tentara Isr**l, gemes dan dongkol setiap melihat mereka. Banyak sekali darah kaum muslimin dan kehormatan kaum muslimah yang mereka renggut.
Rasanya senang sekali, bisa merasakan ziarah ke Masjidil Aqsha, nikmat yang begitu mendalam.
Tulisan berikutnya tentang beberapa fakta tentang Masjidil Aqsha
Bersambung….
✍️Abu Yusuf Akhmad Ja’far, Lc